Kamis, 07 Januari 2016

Alissa Si Gadis Tegar (Cerpen)

Oleh: Adam Iman



Dalam ruangan yang agak gelap dan hanya diterangi lampu pijar dia terus memandangi foto sang ibu, pipinya hampir basah dengan air mata yang terus mengalir dari matanya yang sendu. Hatinya seakan tak bisa lagi berkata karena dalam air mata itu kata-katanya dapat terwakili. Dia adalah Alissa gadis berusia 15 tahun yang telah ditinggal oleh ibunya 2 tahun silam. Ibunya meninggalkan Alissa dalam sebuah bencana alam yang sungguh dahsyat  berupa tanah longsor. Dia sekarang tinggal bersama sang nenek setelah ayahnya setahun silam juga meninggalkannya. Sang ayah meninggalkannya karena sakit jantung yang ia derita 3 tahun ini. Dalam kesunyian malam terdengar suara pintu yang terbuka dari bilik bambu. Diapun terhenti dalam tangisnya setelah sang nenek membuka kamarnya dan berkata “Sudah lah nduk yang sudah pergi gak usah ditangisi terus, kita doakan saja agar ibumu tenang di alamnya”. Alissa segera menghapus air matanya dan beranjak memeluk neneknya yang baru pulang dari mesjid untuk sholat Isya. “Iya nek Alissa tahu, tapi Alissa kangen sama ibu nek”. Sahutnya sambil terus memeluk sang nenek dengan erat. Mendengar kata itu sang nenek pun tak kuasa menahan deru air mata yang seolah ingin segera menerobos pojok matanya. Mereka berdua terdiam sejenak, sebelum sang nenek kembali meyakinkan perasaan Alissa yang tersayat.”Sudah sudah nduk, ndak usah nangis terus kan sekarang ada nenek yang  akan jagain kamu terus, lagian kan kamu tau kalau nenek sayang banget sama kamu”. Hibur sang nenek sembari mengelus punggung sang cucu. Tangis Alissa pun mulai reda dan mereka duduk di kasur. Sang nenek  pun mencoba untuk mengalihkan suasana dramatis itu, “Gimana nduk sekolahmu tadi siang?” Tanya sang nenek dengan senyum yang penuh dengan perasaan itu. “Alhamdulillah nek, tadi pagi Alissa bisa menjawab soal-soal matematika dari pak guru”, jawab Alissa dengan senyum yang mulai mengembang. “Oh Syukur kalau gitu nduk, lha kamu kok gak belajar? Apa besok libur?”, tanya sang nenek dengan penuh rasa ingin tahu. “ini tadi mau belajar nek, tapi liat foto ibu di meja terus Alissa kangen nek”, jawab Alissa. “Ow gitu, simpan dulu fotonya nduk, lanjutkan belajarnya nduk” . sahut sang nenek. “Iya nek ini mau belajar lagi, nek Kapan uang SPP Alissa di bayar? Udah nunggak 4 bulan lho”, Tanya Alissa dengan penuh harap. “Nanti nduk kalau ikan-ikan kita sudah laku terjual semuanya”. Jawab sang nenek sembari mengelus pundak cucunya, sang nenek adalah pembuat ikan asin di daerah pesisir jawa tengah. “ Nek apa alissa berhenti sekolah aja ya nek, dan kerja di Jakarta, kan nanti bisa bantu nenek”. Ucap alissa sambil menatap dalam wajah sang nenek. “Jangan nduk, kamu masih kecil, biar nenek saja yang mencari uang buat kita, udah lanjutkan belajarnya nenek mau ke dapur dulu”. Jawab sang nenek seraya pergi meninggalkan Alissa.

Keesokan harinya aktifitas Alissa seperti biasa sebelum sekolah, dia membantu neneknya menjemur ikan di halaman. “Nek, Alissa berngkat sekolah dulu ya”. Ucap Alissa dengan penuh semangat. “Iya nduk, hati-hati dijalan”. Alissa pun berangkat menuju sekolahnya yang berjarak sekitar 3 kilometer dari rumahnya. Semangat yang menggebu-gebu terus dia rasakan sepanjang perjalanannya. Di tengah perjalannya sebuah mobil melaju dengan kencang, mobil sedan berwarna hitam itu  menggilas genangan air di jalan tepat di pinggir Alissa, rok dan sebagian bajunya basah terkena air bercampur lumpur. “Astahfirullah, yaah gimana ini?” serunya penuh kekecewaan. Dalam mobil tadi ada sesosok perempuan yang ia kenal, ia adalah Rena teman satu kelas yang sangat membencinya dikarenakan Alissa adalah anak yang pintar dan disenangi guru dan teman-temannya.

To Be Continue....

0 komentar:

Posting Komentar