Oleh: Adam Iman


Dalam ruangan yang agak gelap dan hanya diterangi
lampu pijar dia terus memandangi foto sang ibu, pipinya hampir basah dengan air
mata yang terus mengalir dari matanya yang sendu. Hatinya seakan tak bisa lagi
berkata karena dalam air mata itu kata-katanya dapat terwakili. Dia adalah
Alissa gadis berusia 15 tahun yang telah ditinggal oleh ibunya 2 tahun silam.
Ibunya meninggalkan Alissa dalam sebuah bencana alam yang sungguh dahsyat berupa tanah longsor. Dia sekarang tinggal
bersama sang nenek setelah ayahnya setahun silam juga meninggalkannya. Sang
ayah meninggalkannya karena sakit jantung yang ia derita 3 tahun ini. Dalam
kesunyian malam terdengar suara pintu yang terbuka dari bilik bambu. Diapun
terhenti dalam tangisnya setelah sang nenek membuka kamarnya dan berkata “Sudah
lah nduk yang sudah pergi gak usah ditangisi terus, kita doakan saja agar ibumu
tenang di alamnya”. Alissa segera menghapus air matanya dan beranjak memeluk
neneknya yang baru pulang dari mesjid untuk sholat Isya. “Iya nek Alissa tahu,
tapi Alissa kangen sama ibu nek”. Sahutnya sambil terus memeluk sang nenek
dengan erat. Mendengar kata itu sang nenek pun tak kuasa menahan deru air mata
yang seolah ingin segera menerobos pojok matanya. Mereka berdua terdiam
sejenak, sebelum sang nenek kembali meyakinkan perasaan Alissa yang
tersayat.”Sudah sudah nduk, ndak usah nangis terus kan sekarang ada nenek
yang akan jagain kamu terus, lagian kan
kamu tau kalau nenek sayang banget sama kamu”. Hibur sang nenek sembari
mengelus punggung sang cucu. Tangis Alissa pun mulai reda dan mereka duduk di
kasur. Sang nenek pun mencoba untuk
mengalihkan suasana dramatis itu, “Gimana nduk sekolahmu tadi siang?” Tanya
sang nenek dengan senyum yang penuh dengan perasaan itu. “Alhamdulillah nek,
tadi pagi Alissa bisa menjawab soal-soal matematika dari pak guru”, jawab
Alissa dengan senyum yang mulai mengembang. “Oh Syukur kalau gitu nduk, lha
kamu kok gak belajar? Apa besok libur?”, tanya sang nenek dengan penuh rasa
ingin tahu. “ini tadi mau belajar nek, tapi liat foto ibu di meja terus Alissa
kangen nek”, jawab Alissa. “Ow gitu, simpan dulu fotonya nduk, lanjutkan
belajarnya nduk” . sahut sang nenek. “Iya nek ini mau belajar lagi, nek Kapan
uang SPP Alissa di bayar? Udah nunggak 4 bulan lho”, Tanya Alissa dengan penuh
harap. “Nanti nduk kalau ikan-ikan kita sudah laku terjual semuanya”. Jawab
sang nenek sembari mengelus pundak cucunya, sang nenek adalah pembuat ikan asin
di daerah pesisir jawa tengah. “ Nek apa alissa berhenti sekolah aja ya nek,
dan kerja di Jakarta, kan nanti bisa bantu nenek”. Ucap alissa sambil menatap
dalam wajah sang nenek. “Jangan nduk, kamu masih kecil, biar nenek saja yang
mencari uang buat kita, udah lanjutkan belajarnya nenek mau ke dapur dulu”.
Jawab sang nenek seraya pergi meninggalkan Alissa.
Keesokan harinya
aktifitas Alissa seperti biasa sebelum sekolah, dia membantu neneknya menjemur
ikan di halaman. “Nek, Alissa berngkat sekolah dulu ya”. Ucap Alissa dengan
penuh semangat. “Iya nduk, hati-hati dijalan”. Alissa pun berangkat menuju
sekolahnya yang berjarak sekitar 3 kilometer dari rumahnya. Semangat yang
menggebu-gebu terus dia rasakan sepanjang perjalanannya. Di tengah perjalannya
sebuah mobil melaju dengan kencang, mobil sedan berwarna hitam itu menggilas genangan air di jalan tepat di
pinggir Alissa, rok dan sebagian bajunya basah terkena air bercampur lumpur.
“Astahfirullah, yaah gimana ini?” serunya penuh kekecewaan. Dalam mobil tadi
ada sesosok perempuan yang ia kenal, ia adalah Rena teman satu kelas yang
sangat membencinya dikarenakan Alissa adalah anak yang pintar dan disenangi
guru dan teman-temannya.
To Be Continue....






0 komentar:
Posting Komentar